RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. IDENTITAS
Satuan pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri
Mata pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas :
XII (Duabelas)
Semester : 2(dua)
Pertemuan ke- : 2 x 45 menit
B.
STANDAR
KOMPETENSI
Memahami Peradaban
Islam Di Andalusia
C.
KOMPETENSI
DASAR
Menjelaskan Islam Di
Andalusia
D.
INDIKATOR
1. Menjelaskan sejarah masuknya islam ke Andalusia
2. Menjelaskan
perkembangan politik
3. Menjelaskan
masa keamiran
4. Menjelaskan
masa kekhalifahan
5. menyebutkan
kemajuan intelektual
E.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
setelah dilakukanya
proses pembelajaran diharapkan
1. Siswa
mampu menjelaskan sejarah masuknya islam ke Andalusia
2. Siswa
mampu menjelaskan perkembangan politik
3. Siswa
mampu menjelaskan masa kemahiran
4. Siswa mampu menjelaskan masa ke khalifahan
5. Siswa
mampu menyebutkan kemajuan intelektual
F.
MATERI
AJAR
ISLAM
DI ANDALUSIA
1.
Sejarah
masuknya islam ke andalusia
Sebelum
islam masuk andalusia, masyarakatnya sedang mengalami perpecahan dibidang
politik, wilayah andalusia terpecah kedalam beberapa negara kecil. Disamping
itu Raja Ghotic memaksakan kepercayaan monofisit yang dianutnya kepada
masyarakat, bahkan orang-orang Yahudi dipaksa untuk dibaptis menurut agama
kristen. Bagi yang tidak tersedia, akan dipaksa, disiksa dan dibunuh, sehingga
rakyatnya menjadi melarat, tertindas dan hak azazi mereka tertekan. Sementara
itu terjadi pula konflik antara Raja Roderik, penguasa kerjaan Ghotik di
Spanyol dan pengasa kota Toledo, Witiza, karna Raja Roderik memindahkan ibukota
kerajaanya dari Seville ke Toledo. Pemindahan ini menggakibatkan penguasa
Toledo, Witiza tersingkir. Kakak dari Witiza, Oppas dan anaknya Achila
mengungsi ke afrika utara dan bergabung dengan orang islam disana. Hal yang
sama juga dirasakan oleh pangeran
Yulian, penguasa wilayah Septah. Pangeran Yulian lari ke Ceuta Afrika Utara dan
bergabung pula dengan orang-orang Islam disana.
Dalam
proses penaklukan Spanyol ini ada tiga orang pahlawan islam yang dapat
dikatakan paling berjasa memimpin pasukan kesana. Mereka adalah Tharif Ibn
Malik, Thariq Ibn Ziad, Musa Ibn Nusair. Musa Ibn Nusair selaku gubernur Afrika
Utara pada waktu itu mengirim Tharif Ibn Malik sebagai mata-mata perintis. Dia
menyeberangi selat yang ada yang berada antara Maroko dan Benua Eropa itu
dengan satu pasukan perang yang berjumlah 500 orang tentara berkuda. Mereka
menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Tharif dalam misinya ini
tidak masuk kedaerah pedalaman, dia dan pasukannya hanyamenyusuri pantai saja.
Dalam penyerbuan ini tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti dia menang
dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan perang yang tidak sedikit
jumlahnya.
Keberasilan
Tharif Ibn Malik ini dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Ghotic yang
berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta keinginan yang besar untuk memperoleh
harta rampasan perang, mendorongnya untuk mengirim pasukan yang lebih besar ke
Spanyol. Karena itu pada tanggal 19 juli 711 M dia mengirim 7000 orang pasukan
ke Spanyol di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad. Mereka berlabuh tidak di
pelabuhan yang biasa tetapi mereka berlabuh dipinggir laut dekat kaki gunung
yang kemudian gunung tersebut dinamakan Gibraltar (Jabal Thariq). Thariq Ibn Ziyad
inilah yang dipandang sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar
dan keberasilannya lebih besar pula.
Kedatangan
Thariq Ibn Ziyad ini diketahui oleh Roderik sehingga dia menyiapkan pasukan
besar berkekuatan 100.000 orang. Thariq minta bantuan kepada gubernur Musa
sehingga Musa mengirim tambahan pasukan sebanyak 5000 orang lagi. Dalam
pertempuran pertama di Bakkah Thariq dapat mengalahkan lawannya sedangkan Raja
Roderik hilang entah kemana dan jasadnya tidak pernah ditemukan. Dari situ
Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting seperti: Cordova,
Granada dan Toledo(ibu kota kerajaan Ghotic)
Kemenangan
Thariq pada serangan pertama itu membuat Musa Ibn Nusair tertarik untuk
melibatkan diri kemedan pertempuran. Karena itu dengan pasukan yang besar juni
712 M dia berangkat menyeberangi selat tersebut. Musa berhasil merebut Sidonia,
Karmona, Seville dan Merida, serta mengalahkan penguasa Ghotic theodomir di
Oriheula kemudian bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya Thariq dan
Musa menjelajahi seluruh pelosok negri sehingga berhasil menaklukan Spanyol dan
menjadikannya provinsi dari Dinasti Umayyah.
2.
Perkembangan
politik
Islam
sebagai kekuatan politik telah memperlihatkan kemampuan yang luar biasa,
sehingga dapat menguasai daerah Spanyol walawpun menghadapi rintangan dan
halangan dari orang-orang Kristen dan para penguasa Spanyol. Hal ini dapat
terlihat pada tahun 719 M orang-orang Kristen mengadakan perlawanan di
perbatasan Perancis. Karena itu Gubernur ‘Abdul Aziz melakukan pengamanan
diwilayah tersebut dan bahkan sampai ke Tolouse Perancis, akan tetapi Ia tewas
terbunuh oleh pasukan Eudo, Bangsawan Aqitane pada tahun 719 M. Dia digantikan
oleh Ambasah Ibn Sulaiman, seterusnya Abd al Rahman Ibn ‘Abdillah al Ghafiqiy,
ketika Umar Ibn Abdul Aziz menjadi Khalifah Bani Umayyah (717-720) M. Al
Ghafiqiy ini berhasil melumpuhkan Eudo di Bordeaux atau Bordesu tahun 732 M
lalu terus maju ke kota Poitiers dan dari sini Dia ingin ke kota Ours. Namun
gerak lajunya dapat ditahan oleh Charles Martel bahkan al Ghafiqiy sendiri
tewas sehingga penyerangan ke Prancis tersebut gagal dan tentara islam kembali
ke Spanyol
Semenjak
tahun 716-756 M tidak kurang dari 20 orang Gubernur yang memimpin daerah itu.
Gubernur pertamanya adlah Abdul ibn aziz putra dari Musa Ibn Nusair sampai
gubernur terakhir Yusuf Ibn Abdul Rahman Al Fihry dari suku Qays dan pada masa
Al Fihriy inilah Abdul Rahman Al Dhakhil masuk ke Spanyol. Pada masa ini
stabilitas politik memang belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan
masih sering terjadi, baik yang datang dari luar maupun dari dalam itu sendiri.
Gangguan
yang dari dalam tersebut adalah berupa perselisihan elit antara penguasa,
terutama perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika
Utara yang berpusat di khirawan, yang masing-masingnya merasa berhak untuk
menguasai daerah Spanyol.
Sedangkan
gangguan yang datang dari luar datang dari sisa-sisa musuh islam di Spanyol
yang bertempat tinggal didaerah pergunungan, yang tidak mau tunduk kepada
pemerintahan islam. Apabila kekuatan islam sedang lemah, mereka selalu
melakukan perlawanan, dan apabila mereka diserang oleh orang islam, mereka lari
kedalam wilayah Prancis mencari perlindungan. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya kontak senjata antara orang islam dengan orang Prancis.
3.
Masa
ke-Amiran
Sewaktu
wilayah Spanyol dalam keadaan belum tentram seperti yang disebutkan diatas,
datanglah Abdul Rahman al Dakhil. Ia adalah salah seorang keturunan Bani
Umayyah yang berhasil lolos dari kerajaan berdarah Abu Abbas Assafah ketika
yang terakhir ini mengalahkan Bani Umayyah di Damaskus. Abdul Rahman dapat
bersembunyi dan menyamar sebagai pedagang, lau lari ke Plestina kemudian ke
Mesir, terus ke Afrika Utara. Akhirnya pada tahun 755 M dia menyeberang ke
Spanyol. Sesampai di Spanyol, ia mendekati suku Kalb pimpinan al Bajl Ibn
Bisri. Kekuatan suku ini di manfaatkannya untuk merebut kekuasaan dari gubernur
Yusuf Ibn Abdul Rahman Al Fihry yang berasal dari suku Qays, musuh bebuyutan
suku Kalb. Setelah melalui pertempuran sengit di masrah bulan September 756 M,
akhirnya dia dapat mengalahkan gubernur tersebut, sehingga wilayah Spanyol
dapat dikuasainya. Abdul Rahman kemudian
menjadikan kota Cordova sebagai pusat pemerintahannya. Sejak saat itu wilayah
Spanyol menjadi pusak kekuasaan dinasti bani Umayyah yang bebas dari
pemerintahan Abbasyyah di Bagdad
Pada
masa ini Spanyol berada dibawah
pemerintahan gubernur yang bergelar dengan Amir, yang mana Amir-amir yang
berkuasa pada periode ini adalah:
a. Abdul
Rahman Al Dakhil (138-172) H atau (755-788) M
b. Abu
al Walid Hisyam Ibn Abdul al Rahman (172-180) H atau (788-796) M
c. Abu
Al Ash Al Hakam Ibn Hisyam (180-207) H atau (796-822) M
d. Abu
Al Mutharrif Abdul Al Rahman Ibn Al Hakam
(207-238) H atau (822-852) M
e. Abu
Abdillah Muhammad Ibn Rahman (238-273) H atau (852-886) M
f. Abu
Al Hakam Al Munzdir Ibn Muhammad (273-275) H atau (886-888) M
g. Abu
Muhammad Abdillah Ibn Muhammad (275-300) H atau (888-912) M
h. Abu
Al Mutharrif Abdul Rahman Ibn Abdillah (300-320) H atau (912-932) M
4.
Masa
ke-khalifahan
Andalusia –
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715
M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana
Ummat Islam sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam proses penaklukan
Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa
yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum
ajma’in.
Tharif dapat
disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di
antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang
diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang
disediakan oleh Julian.
Dalam
penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan
kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan
Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar
untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M
mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad Rahimahullah.
Thariq ibn
Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari
sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan
sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan
itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad
Rahimahullah. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat
dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Dengan
dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki
Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick
dapat dikalahkan. Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota
kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq Rahimahullah berhasil menaklukkan
kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair Rahimahullah
di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel,
sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding
dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan
pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad Rahimahullah membuat jalan untuk
penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair
Rahimahullah merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan
maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia
berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat
ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan Sidonia,
Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic,
Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya,
keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian
utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang
perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn
Abd al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan
pasukan dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah, tetapi usahanya itu gagal
dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan
diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi Rahimahullah. Dengan
pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba
menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia
ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara
yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu,
masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M,
ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca,
Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke
tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan
kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah
menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan
bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat
Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor
eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang
dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam
negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam,
kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan
menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke
dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap
tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran
Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi
yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut
agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Rakyat
dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh
kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi
seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru
pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali,
seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat)
menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan,
tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah
kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam
kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang
keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan
pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu
keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak
coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan
politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol,
ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada
di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian
maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena
didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol
berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan
masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa
pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat
jalan-jalan tidak mendapat perawatan.
Buruknya
kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan
Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran
kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari
Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas
wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari
Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun
kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung
dengan kaum muslimin.
Sementara
itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa
wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan
mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan
pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa
Rahimahumullah.
Hal
menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu,
orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang
dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh
yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun
cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah
pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu
toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan
persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk
Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
5.
Kemajuan
intelektual
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian
dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang
dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap
filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama
pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886
M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis
diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan
universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu
pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani
Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof
besar pada masa sesudahnya.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut
Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd
dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya
adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian
dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama.
Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid
b.
Sains
IImu-ilmu
kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang
dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah
orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya
al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya
gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat
teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan
bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang
obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz
adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang
sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir
terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri
muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M)
mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat
Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah.
Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke
Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c.
Fiqih
Dalam bidang
fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan
mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya
ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman.
Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn
Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang
musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan
Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan,
Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai
penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik
pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya
tersebar luas.
e.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab
telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu
dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli
Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan
mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka
itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn
al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra
bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn
Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
G.
STRATEGI/
METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya
jawab
H.
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
1.
Pendahuluan
a.
Guru memberi
salam, mengabsen serta mengkondisikan kelas.
b.
Salah seorang
siswa memimpin doa
c.
Guru memberikan
motivasi tentang pelajaran yang akan diajarkan
d.
Guru
menyampaikan tujuan pelajaran tentang sejarah tradisi di nusantara
2.
Kegiatan inti
a.
Eksplorasi
1) Guru
menjelaskan materi tentang sejarah masuknya islam ke Andalusia, Menjelaskan
perkembangan politik, Menjelaskan masa keamiran. Menjelaskan masa kekhalifahan,
menyebutkan kemajuan intelektual
2) Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang sejarah masuknya islam ke Andalusia, Menjelaskan
perkembangan politik, Menjelaskan masa keamiran. Menjelaskan masa kekhalifahan,
menyebutkan kemajuan intelektual
3)
Guru menyuruh
siswa mencatat hal-hal penting pada meteri pelajaran yang sedang dibahas
b.
Elaborasi
1)
Guru membagi
siswa kepada beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok disuruh mendiskusikan
tentang materi yang sedang dibahas yang berkaitan Sejarah islam di Andalusia
2)
Pada setiap
kelompok disuruh mempresentasian hasil diskusinya didepan kelas
c.
Konfirmasi
1)
Guru memberikan
evaluasi terhadap materi Sejarah islam di Andalusia
2)
Guru menegaskan
kembali materi Sejarah islam di Andalusia
3.
Penutup
a.
Guru
menyimpulkan pembelajaran
b.
Guru memberikan
tugas berupa pekerjaan rumah (PR)
c.
Guru menutup
pembelajaran dan menyampaikan salam
I.
SUMBER
BELAJAR
1. Buku
Sejarah kebudayaan islam Madrasah Aliyah Negeri kelas XII
2. Buku
Sejarah Kebudayaan Islam Yang Mendukung pembahasan
J.
PENILAIAN
1. Bentuk
penilaian : Tulisan
2. Intrumen
penilaian : Essay
Soal :
1. Jelaskan
sebutkan amir-amir yang ada pada masa islam di andalusia?
2. Sebutkan
kemajuan-kemajuan apa saja yang terdapat dalam islam di Andalusia ini?
Batusangkar, 07 Mai 2012
|
|
Mengetahui
|
|
Kepala Sekolah
Nip:...................................
|
Guru Mata Pelajaran
Zainal Masri
09101028
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar