A. Sebagai Latihan Dan Pembiasaan.
Yang
belum atau tidak terbiasa, sungguh berat melaksanakan shaum ramadhan.
Karena itulah, kita diajarkan untuk “berlatih” puasa (sunnah) pada
bulan-bulan jelang ramadhan. Agar ketika baligh siap berpuasa penuh,
anak-anak pun sebaiknya dilatih shaum pada Bulan Suci.
- Dampak Positif Latihan Puasa Pada Anak-anak.
1. Lebih mengenal kewajibannya, berlatih sabar, kejujuran, serta kecerdasan emosional.
2. Meningkatkan kecerdasan sosial (empati, merasakan penderitaan orang lain dan berbuat untuk orang lain).
3. Meningkatkan kecerdasan spiritual, meningkatkan kesehatan fisik serta meningkatkan kedisiplinan melalui bangun pagi.
4. Mematuhi aturan yang berlaku dalam beribadah puasa.
Kebanyakan
anak harus lebih dulu dikondisikan dan didorong untuk mencintai puasa.
Kalau perlu ada reward and punishment. Ini wajar, mengingat mereka
berada di usia perkembangan. Tidak ada batasan usia yang jelas kapan
anak mampu berpuasa. Terkadang ada yang berusia 5 tahun sudah mampu
berpuasa sehari penuh, tapi ada yang berusia lebih besar belum kuat
untuk berpuasa.
- Tahap Persiapan.
Tanamkanlah
kecintaan pada Ramadhan, dengan cara membacakan cerita-cerita Ramadhan
dari buku atau pengalaman orang tua di masa kecil. Buat suasana rumah
lebih semarak untuk menyambut Ramadhan, semisal dengan hiasan karya
sekeluarga. Sekolah islam atau TPA, biasanya juga menyelenggarakan pawai
marhaban ramadhan untuk menyemarakkan suasana.
- Tahap Pelaksanaan.
1. Sahur Seru :
Untuk lebih bersemangat bila misalnya kita undang sepupu atau teman
dekatnya untuk bermalam di rumah dan sahur bersama. Juga menyediakan
makanan istimewa yang disukai anak.
2. Puasa Gembira :
Alihkan perhatian anak dari rasa lapar dan haus pada jam-jam “kritis”
dengan bermain ringan, tidur, atau bersilaturrahmi kepada teman dan
kerabat yang juga berpuasa. Disamping itu lama waktu anak berpuasa dapat
dibuat bergradasi, misalnya diawali dengan puasa beberapa jam dan
semakin hari semakin meningkat sehingga dapat digenapkan hingga adzan
maghrib. Sebenarnya secara lahiriah anak sudah diberikan kekuatan oleh
Allah untuk menahan lapar, untuk itu ayah bunda perlu lebih sabar dalam
memotivasi dan tidak mudah menyerah mendengar rengekan ananda meskipun
tidak boleh juga terlalu memaksa.
3. Berbuka Sehat :
Pilihlah makanan yang sehat sesuai dengan anjuran ahli gizi. Saat
berbuka pilihlah makanan yang istimewa meskipun tidak harus mahal dan
jadikan saat berbuka sesuatu yang istimewa, syahdu dan harmonis di
tengah keluarga.
- Tahapan Penguatan.
Berapapun
jumlah harinya anak harus dapat berpuasa, apakah dapat dilakukannya
sehari penuh atau tidak anak tetap harus di hargai. Hadiah yang
diberikan tidak perlu selalu dalam bentuk materi namun memang sebaiknya
yang bermakna dan diharapkan oleh anak. Perlu pula diceritakan betapa
ruginya orang yang tidak berpuasa dan betapa berharganya hari kemenangan
di idul fitri sebagai hari kemenangan bagi orang yang berpuasa. Ayah
bunda hanyalah manusia yang sedang berusaha menjalankan amanah Allah
dalam bentuk melatih anak hingga akhirnya menjadi manusia yang dapat
menjalankan ibadah puasa dengan baik. Dengan motif yang lurus dan usaha
memperlancar proses perkembangan anak anda dan dilengkapi dengan doa
kepada sang pencipta dan penentu segala, maka atas izin-Nya proses yang
alamiah ini dapat terlaksana dengan mulus.
B. Menumbuh Kembangkan Kepekaan Sosial.
Setiap
manusia pada dasarnya diberikan kecintaan terhadap harta benda sebagai
bagian dari naluri mempertahankan diri ( gharizah baqa' ). Kecintaan ini
memicu lahirnya sikap bakhil ( pelit dan kikir ) serta individualis,
mementingkan diri sendiri dan enggan berbagi. Salah satu diantara sekian
hikmah dan rahasia puasa ialah memupuk solidaritas, persamaan derajat,
kasih sayang, tepa selira, kepeduliaan sesama dan kesetia kawanan
sosial. Tidak hanya dalam bentuk teori dan kata-kata belaka namun aksi
dan praktik langsung. Denagan hikmah dan rahasia ini, manusia dilatih
untuk dapat meminimalisasi sikap bakhil dan individualis dalam dirinya
sehingga dia mau berbagia dengan orang lain, walau kesukaan terhadap
harta benda hakikatnya adalah naluri.
Seperti
kita ketahui, sebagian masyarakat terdiri dari golongan dhuafa an
mustahd'afin. Meraka apakah yang lemah karena faktor kultural atau
struktural mengalami kesusahan da penderitaan hidup. Setiap hari mereka
menahan lapar dan dahaga, sementara bekal makanan tidak ada sama sekali
kalau tidak menipis. Puasa baginya dalah halal yang wajar yang dialami
mereka sehari-hari. Ditambah lagi ketika berpuasa ia tidak bisa turut
bersuka cita saat berbuka kecuali sekedar syukur ditengah
sebagian masyarakat merayakan buka puasa dengan pesta, mereka kaum
dhuafa dan mustadh'afin sangat membutuhkan kasih sayang dan kepedulian.
Denagan
puasa orang-orang kaya akan merasa betapa sakit dan perihnya menahan
lapar, padahal itu hanya sementara waktu. Perasaan ini akan mengingatkan
mereka kepada sebagian saudaranya yang dhuafa dan mustadh'afin yang
senantiasa merasakan lapar dan dahaga sepanjang waktu.
Banyak
orang yang menyerukan solidarita sosial, namun banyak pula yang hanya
sebatas retorika, teori, aksesoris dan kata-kata belum pada tahapan aksi
dan praktik langsun. Disinlah nilai kelebihan dari puasa sebagai mana
dibuktikan oleh Nabiyullah Yusuf a.s. Rasul Saw sendiri jika berpuasa
ramadhan kedermawanan beliau bertambah luar biasa. Apalagi usai berjumpa
dengan malaikat jibril untuk menerima wahyu. Para sahabat menggambarkan
kemurahan tangan beliau melebihi cepat dan indahna tiupan angin.
Aksi dan praktik langsung solidaritas sosial pada waktu puasa diantaranya adalah sebagai berikut:
Memberikan makanan berbuka ( ifthar )kepada orang-orang yang berpuasa. Rasulullah Saw bersabda:
من فطر صا ئما كا ن له مثل أجره غير انه لا ينقص من اجر الصا ئم شيى ء ( رواه التر مذى )[1]
Artinya:
"Barang siapa memberikan makan berbuka kepada orang yang berpuasa maka
baginya pahala serupa yang diberikan kepada orang yang berpuasa. Hanya
saja pahala orang yang berpuasa tidak terkurangi sedikit pun." ( H.R.
Turmuzi).
Memberikan
zakat fitrah. Zakat yang diberikan kepada fakir miskin ada kaitannya
khusus dengan puasa, yaitu sebagai penambal berbagai kesalahan
(dosa-dosa kecil) selama menjalani puasa, sebagai mana hadits nabi Saw:
فر ض رسو ل الله صلى الله عليه وسلم زكا ة الفطرطهرة للص ئم من اللغو والر فث و طعمة للمسا كين ( رواه أبو داود )[2]
Artinya:
"Rasulullah Saw, menetapkan zakat fitrah sebagai penyuci orang yang
berpuasa dari perbuatan dan perkataan buruk serta sebagai makanan bagi
orang-orang miskin." (H.R. Abu Daud).
Memperbanyak
sedakah, yaitu memberikan bantuan. Bedanya dengan zakat, sedakah tidak
terikan oleh aturan tertentu. Sebagai mana sabda Nabi Saw:
افضل الصدقة صدقة فى رمضان ( رواه التر مذى )[3]
Artinya: "Sebaik-baik sadakah di bulan ramadhan." ( H.R. At-Turmuzi)
Menyegerakan
zakat maal. Zakat maal umumnya diberikan jika panen (menuai hasil)
ibarat bidang pertanian, gaji dan honorarium atau telah cukup hitunga
setahun (haul) ibarat bidang perdagangan. Dalam rangka meraih kemuliaan
bulan ramadhan, pengeluaran zakat maal ini bisa disegerakan,. Rasulullah
Saw bersabda:
حصنوا اموالكم با از كاة وداووا مر ضاكم با لصدقة واستقبلوا امواج البلاء با لد عا ء والتضر ع ( رواه أبو داود )[4]
Artinya:
"Pelihara hartamudengan zakat. Obati orang-orang sakitmu dengan sadakah
dan hadapi datangnya gelombang bencana dengan do'a dan tadharru'
(rendah diri)." (H.R. Abu Daud).
Ditetapkannya
membayar fidyah bagi orang-orang yang tidak menjalan puasa karena tidak
mampu atauberat oleh karena suatu sebab yang tidak dapat dihilangkan.
Mereka boleh tidak berpuasa dan tidak usah mengganti pada hari yang lain
namun cukup membeyar fidyah, yaitu memberikan makan saru mud (6ons)
setiap hari kepada orang miskin. Allah Swt berfirman:
فمن كان منكم مر يضا أو على سفر فعد ة من أيام أخر وعلى الذ ين يطيقو نه فد يه طعام مسكين... ( البقرة: )
Artinya:
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang
miskin…(Al-Baqarah: 184)
Kaum
dhuafa dan mustadh'afin (proletar) sebenarnya memiliki jasa materil
maupun non materil yang besar bagi tata kehidupan didunia ini, khususnya
bagi orang-orang kaya. "Orang kaya membutuhkan karyawan dan buruh untuk
membantunya yang umumnya terdiri dari orang-orang lemah dan miskin.
Mereka bisa kaya dan mampu atas sokongan dan jerih payah orang-orang
lemah itu."[5]
Kaum dhuafa dan mustadh'afin juga memberikan jasa non materil kepada
orang-orang kaya yang justru lebih berharga dibandingkan jasa meteri .
Atas dasar ini semestinya keberadaan kaum dhuafa dan mustadh'afin yang
penting ini perlu diperhatikan dengan menumbuhkan sikap peduli, belas
kasih solidaritas, setia kawanan dan semacamnya untuk mengangkat dan
mengentaskan mereka yang menjadi sendi kemakmuran dan keadilan. Dengan
kepeduliaan rasanya tidak terjadi kesenjangan atau gap yang kian hari
makin terbuka melebar atar kaum borjunis dan kaum proletar yang memicu
lahirnya krisis dan keterbelakangan.
Bila
terjalin hubungan yang serasi antara kaum dhuafa dan mustadh'afin,
Allah Swt dan Rasul saw memberikan jaminan bahwa masyarakat dengan itu
akan kemajuaan, keadilan dan kemakmuran, tidak akan terjadi krisis,
keterbelakangan dan kemerosotan, berkah doa-doa makhluk di langit, bila
dimasyarakat terjadi krisis, keterbelakangan dan kemerosotan
berkepanjangan, agaknya ada sendi keadilan dan kemakmuranyang terabaikan
yaitu kepeduliaan sosial. Rasulullah saw bersabda:
الرا حمهم ن يرحمهم الرحمن ارحموا من فى الارض ير حمكم من فى السما ء ( رواه البخا رى)[6]
Artinya:
Orang-orang yang belas kasih akan dikasihi oleh Allah zat yang
pengasih. Berlaku belas kasih kepada makhluk di langit akan berlaku belas kepadamu." (H.R.Bukhari)
Kepeduliaan
merupakan ajaran universal artinya masyarakat mana pun terlepas apa
agamanya kalau melakukan kepeduliaan, niscaya adil dan makmur.
Sebaliknya masyarakat sekalipun muslim kalau kepedulian tidak ditegakkan
akan terjauh dari cita adil dan makmur.
C. Membentuk Pendidikan Akhlak.
Keluarga
memiliki sejumlah fungsi, yakni fungsi biologis, religius, edukatif,
sosial dan ekonomi. Dengan demikian, tugas orang tua sangat berat
berkaitan dengan pencapaian fungsi-fungsi tersebut. Kesejahteraan di
bidang ekonomi yang merupakan cermin fungsi ekonomi, tidak akan cukup
untuk menjadikan putra-putri kita tumbuh menjadi manusia taqwa yang
melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-larangan Allah.
Taqwa
yang merupakan derajat tertinggi dari keislaman seseorang, harus selalu
kita upayakan tercapai dalam keluarga. Selain memenuhi kebutuhan fisik
dasar putra-putri, pasangan suami istri atau orang tua harus mampu
menciptakan keluarga sakinah, mawaddah warahmah lewat pembinaan
ketaqwaan kepada semua anggota keluarga.
Anak
sebagai salah satu dari berbagai amanah yang dibebankan Allah Swt
kepada orang tua, harus kita besarkan lewat pendidikan dan pengarahan
dengan landasan ajaran Islam. Sebagai orang tua, kita harus selalu ingat
firman Allah Swt.
يأيهاالذين ءامنوا قواأنفسكم واهليكم نارا... ( اطّهْريم: )
Artinya: "Wahai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari (bahaya) api neraka"… (Q.S. Attahrim; 6).
Ayat
ini merupakan landasan untuk mengajari dan mendidik anggota keluarga,
menyuruh mereka kepada ketaatan dan amar ma'ruf nahi mungkar. Kepala
rumah tangga mempunyai kewajiban untuk mendidik dan membimbing istri dan
anak-anaknya untuk menuju pemahaman islam yang benar. Kepala rumah
tangga harus dapat mendorong semangat keluarganya bila didapatinya
mereka malas dalam melakukan ketaatan kepada Allah Swt. Janganlah
seorang kepala rumah tangga membiarkan dirinya lemah, tidak berani
menegur anak-isteri ketika jatuh kedalam Lumpur maksiat.
Dalam
hal ini, menata waktu dalam membina keluarga sangatlah penting. Dalam
bulan ramadhan pendidikan bisa dilakukan setelah makan sahur, buka puasa
atau waktu-waktu lain. Namun satu hal yang penting, ilmu-ilmu yang
semestinya kita sampaikan adalah suatu yang sangat bermanfaat, sebagai
bekal kehidupan.
وليخش الذين لوتركوا من خلفهم ذرية ضعفا خافوا عليهم فليتقوا الله وليقو لواقولا سديدا ( انّسء: )
Artinya:
Dan "Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan akan keturunan lemah yang merasa khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh karenanya, hendaklah mereka bertaqwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Q.S. An-
Nisa': 9).
Dalam
mendidik anak ada tiga macam sasaran pokok. Pertama, memberikan dasar
pegangan hidup. Kedua, mengisi dengan ilmu pengetahuan. Ketiga atau
terakhir, membina atau membentuk akhlakul karimah. Bulan ramadhan
merupakan bulan suci penuh berkah dan pengampunan. Karena itu, bulan
suci ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengintensifkan pemberian
pegangan hidup dan pendidikan akhlak yang baik terhadap seluruh anggota
keluarga, termasuk pendidikan bagi anak-anak.
Pendidikan
pada bulan puasa seyogyanya lebih dititikberatkan dalam bentuk
pemberian contoh-contoh tindakan aktual disertai penjelasan terhadap
tiap perilaku orang tua, tanpa nuansa yang bersifat indoktrinatif atau
perintah bagi semua ibadah yang kita kerjakan. Dasar-dasar pegangan
hidup bisa diterjemahkan antara lain dalam bentuk kegiatan shalat
maghrib, isya, dan tarawih berjamaah seluruh anggota keluarga, pasca
berbuka. Selanjutnya, perlu disediakan waktu khusus bersama anak-anak
membaca ayat suci Al-quran diikuti penjelasan makna dan pahala.
Mendengarkan
dan membaca ayat-ayat suci akan menumbuhkan perasaan cinta yang
terpatri kepada Alquran. Contoh lain adalah pembayaran zakat fitrah,
sedekah, infak, dan zakat mal. Anak bisa diminta membantu menghitung
nilai zakat-zakat yang harus dikeluarkan oleh keluarga. Kemudian
anak-anak diminta untuk memilih calon penerima dan mengirimkannya.
Dalam
situasi ini, orang tua menyisipkan perintah Allah Swt terhadap semua
tindakan atau kewajiban yang digariskan agama dan harus dipenuhi atau
dilakukan suatu keluarga. Dalam tindakan ini, secara tidak terlihat
orang tua menanamkan arti penting pelaksanaan perintah Allah Swt, serta
kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan untuk berbagi rezeki dengan orang
lain.
Anak
dapat diberitahu bahwa pelaksanaan perintah Allah Swt ini mengajari
pula kejujuran karena kalau orang tua tidak, tidak ada orang yang tahu
dan tidak ada hukuman atau teguran yang akan diterima di dunia ini.
Pahala atau hukuman Allah Swt akan kita peroleh di akhirat nanti.
Ketaatan kepada perintah Allah Swt akan diikuti dengan ketaatan lain
yang diperlukan dalam hidup.
Di
bidang akhlak karimah, puasa menjadi tempat yang sangat relevan untuk
pendidikan disiplin, kesetiakawanan sosial, kasih sayang terhadap orang
lain, dan sifat santun serta murah senyum. Disiplin dalam menahan rasa
lapar hingga beduk berbuka dan melaksanakan shalat tepat waktu,
merupakan contoh yang baik untuk berdisiplin di bidang waktu.
Bila
kedisplinan yang dimulai dari perilaku saat puasa dilakukan dari tahun
ke tahun, dia akan menjadi bagian dari perilaku anak untuk berdisiplin
di bidang lain, misalnya ketaatan terhadap peraturan lalu lintas atau
perundang-undangan, disiplin waktu dalam memenuhi perjanjian, dan
disiplin melaksanakan tanggung jawab atau pekerjaan yang diembannya.
Orang
tua yang menunjukkan sifat santun dan mampu mengendalikan kemarahan
dalam kehidupan sehari-hari pada saat puasa, menjadi contoh baik bagi
anak-anak. Tidak ada seorang anak yang tumbuh di dalam keluarga santun
dan penuh kasih sayang, akan menjadi manusia dewasa egois, kasar, dan
mau menang sendiri.
Lapar
dan haus sebagai akibat puasa dimaksudkan melatih seorang anak untuk
turut merasakan nasib orang yang keadaan ekonominya tidak semujur
keluarga. Dari rasa haus dan lapar itu, tumbuh rasa setia kawan, sayang,
peka terhadap penderitaan orang lain, dan belas kasih kepada mereka
yang kurang beruntung. Pada situasi demikian ini, sangat tepat dan
relevan bila orang tua menekankan makna yang terkandung dalam Surat Al
Ma'uun: 1-3 yang berbunyi:
أرءيت الذي يكذب بالدين ‘ فذ لك الذي يدع اليتم ‘ ولا يحض على طعا م المسكين ( المعون: )
Artinya:
"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah meraka yang
menghardik anak-anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada
orang miskin". ( Q. S. Al-Ma'un: 1-3).
Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah unsur utama suatu negara.
Keluarga adalah sekolah pertama dan utama, tempat anak-anak bangsa
belajar. Apabila keluarga-keluarga tumbuh menjadi satu unit yang taqwa
kepada Allah dalam kehidupan santun, penuh kasih sayang, dan toleransi,
akan muncul suatu negara yang insya Allah diridai dan diberkahi-Nya.
Saat bangsa kita dilanda kekerasan, keberingasan, egoisme individu
maupun kelompok, dan pelebaran jurang kaya-miskin, muncul pertanyaan,
"Apakah semua ini merupakan gambaran kegagalan sebagian besar kita atau
orang tua dalam membentuk pribadi dengan akhlak yang mulia atau baik?"
Tujuan
menghalalkan segala cara, pendewaan terhadap materi, dan kenikmatan
(hedonisme), gila kekuasaan, ingin menang, dan selalu merasa benar,
berkembang dengan subur di negeri tercinta. Maka pada bulan suci yang
penuh berkah dan pengampunan, kita perlu melakukan introspeksi terhadap
keluarga masing-masing, dengan pertanyaan apakah kita sudah membina
anak-anak kita dengan memakai Alquran sebagai pedoman utama. Walaupun
pendidikan anak di dalam keluarga berlangsung sepanjang waktu hingga
anak menjadi dewasa dan meninggalkan orang tua, bulan puasa adalah bulan
paling tepat untuk intensifikasi pendidikan anak berbasis agama lewat
contoh-contoh yang konkret. Intensifikasi pendidikan berbasis agama di
bulan ramadan yang dilaksanakan dengan sepenuh hati, seyogyanya
berlanjut ke bulan-bulan lain. Apabila semua keluarga melaksanakannya,
insya Allah negara tercinta ini dapat bangun menjadi bangsa yang
sejahtera, bermartabat, santun, dan diridai Allah Swt.
D. Mewujudkan Pendidikan Kesatuan Ummat
Merasakan
lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana
beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar
dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa
jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari
sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas
kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang
hingga kini masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara
kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah
Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di
Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.
Oleh
karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan
berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian
setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang
menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang
miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar
dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta
seperti gila harta, kikir dan sebagainya. Allah berfirman:
خذ من اموالهم صد قة تطهرهم وتزكيهم بها وصل عليهم ان صلا تك سكن لهم والله سميع عليم ( التو ية : )
Artinya;
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan serta mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (Q.s.Attaubah; 103).
zakat
itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan
kepada harta benda, zakat itu juga menyuburkan sifat-sifat kebaikan
dalam hati mereka serta memperkembangkan harta benda mereka.
E. Melahirkan Kesehatan.
Pada
puasa itu terkandung kesehatan yang besar dengan semua maknanya, baik
kesehatan badan, perasaan, maupun rohani. Dengan demikian, puasa dapat
memperbaharui kehidupan seseorang dengan diperbaharuinya sel-sel dan
dibuangnya sel-sel yang sudah tua dan mati serta diistirahatkannya perut
serta organ pencernaan. Puasa juga dapat memberikan perlindungan
terhadap tubuh, membersihkan perut dari sisa-sisa makanan yang tidak
dapat dicerna juga dari kelembaban yang ditinggalkan oleh makan dan
minuman.
Disamping
kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga akan
memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak
hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh
para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu
meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu,
perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang
masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam
Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.
Banyak
para dokter menyebutkan berbagai manfaat puasa, diantaranya adalah
bahwa puasa dapat mempartahankan kelembaban insidentil sekaligus
membersihkan pencernaan dari racun yang ditimbulkan oleh
makanan yang tidak sehat, serta mengurangi lemak diperut yang sangat
berbahaya bagi jantung, yang ia sama seperti pengasingan kuda yang akan
dapat menambah kekuatannya untuk bergerak dan Sedangkan kesehatan rohani
yang ditimbulkan oleh puasa adalah berupa bimbingan yang diberikan
kepada orang-orang yang berpuasa karena Allah, mengetahui tujuan dari
penciptaan manusia, mempersiapkan manusia untuk mengambil semua sarana
taqwa yang akan melindunginya dari kehinaan, kerendahan, kerugian dunia
dan akhirat. Yang pada akhirnya hati mereka terhindar dari penyakit
shubhat dan sahwat yang menimpa banyak orang[7].
Manfaat
puasa lainnya adalah membuat seorang hamba dapat memahami dirinya
sendiri dan juga kebutuhanya, kelemahan dan kebutuhan dirinya terhadap
Rabb-nya. Juga mengingatkan diri akan keagungan nikmat yang telah
diberikan Allah, serta mengingat juga akan kebutuhan saudara-saudaranya
yang hidup miskin, sehingga mengharuskan dirinya untuk bersyukur kepada
Allah sekaligus memohon pertolongan agar dilimpahkan berbagai nikmat
untuk selalu mantaatinya serta mengasihi saudara-saudaranya yang hidup
miskin sekaligus dapat berbuat baik kepada mereka.
F. Puasa Sebagai Pendidikan Perubahan.
Puasa
ramadhan adalah pengendalian diri dari hal-hal yang pokok seperti makan
dan minum. Kemampuan kita dalam mengendalikan diri dari hal-hal yang
pokok semestinya membuat kita mampu mengendalikan diri dari kebutuhan
kedua dan ketiga, bahkan dari hal-hal yang kurang pokok dan tidak perlu
sama sekali. Namun sayangnya, banyak orang telah dilatih untuk menahan
makan dan minum yang sebenarnya pokok, tapi tidak dapat menahan diri
dari hal-hal yang tidak perlu, misalnya ada orang yang mengatakan: "saya
lebih baik tidak makan daripada tidak merokok", padahal makan itu pokok
dan merokok itu tidak perlu.
Kemampuan
kita mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak benar menurut Allah dan
Rasul-Nya merupakan sesuatu yang amat mendesak, bila tidak, kehidupan
ini akan berlangsung seperti tanpa aturan, tak ada lagi halal dan haram,
tak ada lagi haq dan bathil, bahkan tak ada lagi pantas dan tidak
pantas atau sopan dan tidak.
Yang
jelas, selama manusia menginginkan sesuatu, hal itu akan dilakukannya
meskipun tidak benar, tidak sepantasnya dan sebagainya. Bila ini yang
terjadi, apa bedanya kehidupan manusia dengan kehidupan binatang, bahkan
masih lebih baik kehidupan binatang, karena mereka tidak diberi potensi
akal, Allah berfirman:
ولقد
ذرأنا لجهنم كثيرا من الجنّ والإ نس‘ لهم قلو ب لا يفقهو ن بها ولهم أعين
لا يبصرون بها ولهم ءاذان لا يسمعون بها‘ أولئك كا لا نعام بل هم اضل‘ أو
لئك هم الغا فلون (لا عراف : )
Artinya:
Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q. S. Al-A'raf:
179).
Dengan
demikian, harus kita sadari bahwa Ramadhan adalah bulan pendidikan dan
latihan, keberhasilan ibadah Ramadhan justeru tidak hanya terletak pada
amaliyah Ramadhan yang kita kerjakan dengan baik, tapi yang juga sangat
penting adalah bagaimana menunjukkan adanya peningkatan taqwa yang
dimulai dari bulan Syawal hingga Ramadhan tahun yang akan datang
Diantara
manfaat puasa adalah sebagai sarana menyiapkan seorang muslim dengan
kekuatan yang menjadikannya mampu untuk melakukan perubahan pada dirinya
sendiri. Dia dapat melakukan latihan melalui puasa sehari-hari sehingga
dia dapat menahan diri dari setiap yang dia sukai dan cintai. Dan
dia akan katakan kepada penguasa nafsu dan syahwat untuk tidak akan
pernah mengikutinya. Sungguh jawaban yang hebat ini jika berada dalam
keridhaan Allah, berarti ia telah berhasil mewujudkan kehormatan dan
kedudukan yang tinggi atas syahwat serta ketamakannnya.
Yang
demikian itu karena puasa merupakan sarana pengemblengan kekuatan fisik
yang mengharuskan pelakunya harus menempuh satu manhaj (metode)
tersendiri dalam kehidupannya, dimana tiang penyangganya berupa
ketegaran, larangan dan bersabar atas pahit getirnya rasa lapar dan
panasnya rasa kehausan, kelelahan fisik dalam mengendalikan diri serta
menahan hawa nafsu dan mengekang keinginannya, seakan–akan seorang
muslim yang berpuasa itu seorang tentara yang siap mendengar dan
mentaati serta menjalankan perintah Rabb-nya tanpa penolakan dan
pembangkangan.
Puasa
dapat memperkuat keinginan, mendorong kemauan, mengajarkan kesabaran,
membantu menjernihkan pikiran, menghidupkan pemikiran, mengilhami
pendapat yang cerdas, jika seorang yang berpuasa akan dapat melangkah ke
fase relaks, serta melupakan berbagai rintangan yang muncul akibat
waktu luang dan terkadang keterputus asasaan. Sehingga
dengan demikian itu dia telah menjadi seorang anggota masyarakat yang
dinamis, melakukan perbaikan dan tidak melakukan penghancuran.
Ketika
suatu bangsa memiliki keinginan yang kuat dan besar, maka dia tidak
akan memperkenankan aggressor atau penjajah untuk menginjakkan kaki
ketanahnya atau ikut campur dalam menentukan perjalanan hidupnya. Dengan
kekuatan tersebut ia juga akan mampu meraih kemenangan dimedan
pertempuran melawan kebodohan, keterbelakangan, melawan nafsu syahwat,
serta sanggup menembus segala rintangan pembangunan dan kemajuaan.
Syaikh
Ad-Dausari ra mengatakan," membangun keinginan yang kuat di dalam diri
bukanlah suatu hal yang mudah. Berbagai kalangan, baik perkumpulan
(organisasi) maupun kalangan militer telah berusaha membangun keinginan
yang kuat kepada masyarakat masa kini. Padahal, agama islam telah
mendahului mereka dalam hal tersebut pada 14 abad yang lalu.Cukup besar
kebutuhan orang muslim, khususnya untuk memiliki keinginan kuat dan
kemauan yang keras. Oleh karena itu Allah Swt memerintahkan untuk
berjuang melawan sakit akibat rasa lapar dan haus dalam menjalankan
puasa.[8]
Oleh
kerana itu sudah sepatutnya bagi seorang muslim yang berpuasa untuk
tidak melakukan hal-hal yang merusak kekuatan ini setelah berbuka, atau
mengucilkan serta menghinakannya sehingga pada malam harinya ia akan
merusak kuatnya keinginan yang telah ia bangun pada siang harinya.
[1] Imam At-Turmuzi, Sunan At-Turmuzi, Juz IV, (Beirut: Al-Fikr, t.t ), hal. 413.
[2] Abu Daud, Sunan Abu Daud, Juz III, (Mesir: Maktabah Al-Masyahid, t.t.), hal. 243.
[3] Imam At-Turmuzi, Sunan At-Turmuzi,…hal. 347.
[4] Abu Daud, Sunan Abu Daud,…hal. 485
[5] Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat Fisik Dan Psikis, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hal. 217
[6] Imam Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz III, ( Beirut: Al-Fikr, t.t), hal. 436.
[7] Athiyah Muhammad Salim, Ma'ar Rasuul Fii Ramadhan, (Bairut, t.t), hal. 5.
[8] Syaikh Ad-Dausari, Ash-Shaum ( Mesit: t.t), hal. 23.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar